Rabu, 13 Januari 2010

METODOLOGI PENELITIAN PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kerangka Berpikir dan Strategi

I. Pendahuluan: Latar Belakang
Pada masa lalu
 Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan menjadikan masyarakat sebagai obyek dan kurang terlibat dalam berbagai tahapan, yang meliputi:
• perumusan masalah
• penyusunan rencana dan kebijaksanaan
• pelaksanaan dan pengawasan pembangunan

Akibatnya
• perumusan masalah dan perencanaan pembangunan tidak sesuai dengan masalah nyata yang dihadapi masyarakat
• perencanaan dan kebijakan yang disusun kurang dapat memecahkan masalah masyarakat

 Dalam perencanaan dan kebijakan pelaksanaan, masyarakat diperlakukan sebagai pihak yang menerima, bukan partisipan, pelaksana dan pengawas
 sehingga kebijakan tidak dipahami dan tidak dapat diterima oleh masyarakat.
 Pendekatan demikian mendorong masyarakat cenderung kurang mendukung, masa bodoh, dan mungkin menolaknya - - tidak dapat dipertahankan lagi

Participatory Rural Appraisal (PRA)
• Proyek dan program “berbasis komunitas” (community based approach), “dengan partisipasi aktif masyarakat” dapat memanfaatkan PRA
• PRA memerlukan peran aktif masyarakat dalam menyusun perencanaan di wilayahnya, sehingga disebut pembangunan berbasis komunitas (community based development)
 Peneliti atau konsultan berperan utama sebagai fasilitator atau pendamping atau narasumber, yang bersama-sama masyarakat merencanakan program-program
II. Pergeseran Paradigmatik
 Pergeseran paradigmatik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan meliputi:
(a) Dari pendekatan “atas ke bawah” (top-down approach) ke pendekatan “bawah ke atas” (bottom-up approach);
(b) dari pendekatan “standardisasi terpusat” (centrally standardized approach) ke pendekatan “penganeka-ragaman setempat” (locally diversified approach);
(c) dari pendekatan “cetak biru” (blue print approach) ke pendekatan “proses belajar” (learning process approach);
(d) dari pendekatan “survei dengan kuesioner” (survey approach) ke pendekatan “analisis & pemahaman secara partisipatif” (participatory analysis & appraisal approach);
(e) dari pendekatan “diambil oleh orang luar” (outsider/ethic approach) ke pendekatan “berbasis komunitas” (community based/emic approach)

 Konsultan/peneliti/tenaga ahli berperan sbg fasilitator/pendamping/narasumber
 pada saatnya mereka melimpahkan wewenang (handling over the stick) kepada masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan

III. Kerangka Berpikir PRA
 PRA: “pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa”
 Lebih luas: tidak sekedar proses memahami, melainkan analisis, perencanaan dan tindakan
 Metodologis: digunakan untuk menerangkan ragam pendekatan, sehingga dapat dilihat sebagai “sekelompok pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak”
(Chambers, 1996).

III. 1. Sumber-Sumber PRA
 PRA bersumber dari & sejalan dg metode-metode dalam
(1) Penelitian Partisipatif Radikal (activist participatory research): kelompok pendekatan dan metode yang menggunakan dialog, keterlibatan aktif peneliti dalam meningkatkan kesadaran & kepercayaan masyarakat agar memiliki kekuatan untuk bertindak.
Dua kelompok penelitian partisipatif yang berkaitan:
(a) penelitian partisipatif (participatory research) dan
(b) penelitian aksi partisipatif (partisipatory action research)
Sumbangan penelitian partisipatif terhadap PRA lebih banyak konsep dr pd metode, dengan gagasan:
(a) kaum miskin itu kreatif dan punya kemampuan, dapat dan harus lebih banyak melakukan penyelidikan, analisis dan perencanaan sendiri
(b) mereka yang terbuang punya peran sebagai anggota, katalis dan fasilitator
(c) yang lemah harus diberdayakan
(2) Analisis Agroekosistem (agroecosystem analysis), mendasarkan sistem & pemikiran ekologis, mengkombinasikan analisis sistem & sistem kepemilikan (produktivitas, stabilitas, keberlanjutan & keadilan) dg analisis pola keruang-an (peta & transek), waktu (kalender musim & kecenderungan jangka panjang), aliran & hubungan (arus, kausal, diagram Venn, dll), nilai-2 relatif (diagram batang dari sumber-2 pendapatan relatif, dsb) & keputusan (bagan keputusan, dll.).
Sumbangan analisis agroekosistem thd RRA/PRA:
(a) transek/transect (berjl-2 utk pengamatan yang sistematis);
(b) pemetaan informal (membuat sketsa peta di lokasi);
(c) pembuatan diagram (kalender musim, arus & diagram kausal/batang/Venn/“chapati”);
(d) penilaian inovasi (pemberian nilai & skala urutan kegiatan-2 yang berbeda-2).

(3) Antropologi Terapan/Sosial: membantu pengem-
bangan keahlian yg lebih baik untuk meningkatkan kekayaan & kesahihan pengetahuan masy desa, dapat membedakan antara ethic dan emic. Bersama antropologi sosial terjadi adopsi penilaian etnografis secara cepat dg ragam percakapan, pengamatan, wwcara informal & kelompok perhatian. Sumbangan antropologi sosial terhadap PRA: perluasan & penerapan pemikiran mendalam, yakni:
(a) gagasan bahwa belajar di lapangan merupakan seni yg luwes & bukan ilmu pengetahuan yg kaku;
(b) nilai hidup menetap di desa, pengamatan pelaku yg tidak tergesa-gesa dan percakapan;
(c) arti penting sikap, tingkahlaku & hubungan;
(d) perbedaan antara emic (pandangan dr dlm masy) & ethic (pandangan dr orang luar);
(e) kesahihan pengetahuan teknis & kearifan asli setempat (local knowledge dan local wisdom).





(4) Penelitian Lapang ttg Sistem Usaha Tani (Pelsut), yg menunjukkan kompleksitas, kemajemukan & rasionalitas praktik pertanian yg tampaknya tidak sistematis dan tidak teratur. Pelsut telah membuat sistematika metode utk menyelidiki, memahami & menentukan kompleksitas sistem usaha tani, tapi kadang harus berhenti krn survei yg lambat, membosankan & perolehan data yg berlebihan. Sumbangan Pelsut: dlm pemahaman ttg
(a) kompleksitas, keragaman & kerentanan thd risiko berbagai sistem usaha tani;
(b) pengetahuan, profesionalisme & rasionalitas para petani kecil & petani miskin;
(c) pola pikir & perilaku eksperimental petani;
(d) kemampuan petani utk melakukan analisis sendiri











(5) Memahami Desa Secara Cepat (Rapid Rural Appraisal/RRA): usaha utk mencari cara yg lebih baik bagi orang luar utk memahami kehidupan & kondisi pedesaan. Tiga asal usul RRA:
(a) ketidakpuasan adanya: bias keruangan (hanya me-ngunjungi desa yg dekat kota, dekat jln besar, dekat pusat desa, tapi mengabaikan desa pinggiran); bias proyek (perhatian & dukungan khusus kpd desa-2 wilayah proyek); bias personal (lbh sering menemui laki-2 drpd perempuan, elit drpd org miskin, pengguna jasa drpd yg tidak); bias musim (berkunjung pd musim baik saja); bias diplomatik (tdk berharap bertemu/menemukan org miskin atau kondisi buruk);
(b) kekecewaan thd proses survei konvensional dg kuesioner & hasilnya: berlebihan, membosankan, memusingkan, proses & penulisannya sbg mimpi buruk, data tidak akurat, tidak dapat jadi acuan, laporan makan waktu lama, menyesatkan, sulit digunakan & kadang malah diabaikan;
c) mencari metode-2 yg lebih efektif, dg kesadaran thd fakta bhw orang desa punya macam-2 pengetahuan berkaitan dg khdpn mrk (pengetahuan teknis asli, Indigenous Technical Knowledge/ITK), dg kekayaan & nilai utk tujuan praktis: bagaimana memberdayakan ITK sbg sumber informasi utk analisis dan penggunaannya oleh para ahli dari luar.


III. 2. Perbandingan & Prinsip-2 RRA & PRA
Dlm proyek pembangunan berbasis kemasyarakatan, strategi, pendekatan & langkah-2 yg dipilih dapat dilakukan secara berkesinambungan, antara RRA dan PRA.
Agar pemilihan metodologis utk perencanaan & pelaksanaan lebih jelas, Tabel 1 menyampaikan perbandingan & prinsip-2 dalam RRA & PRA.







Tabel 1: Perbandingan antara RRA dan PRA
RRA PRA
(1) Kurun waktu
perkembangan
(2) Pembaharu
(3) Pengguna
Utama

(4) Sumber2
informasi yg
dilihat lebih dulu
(5) Pembaharuan
utama
(6) Paling banyak digunakan
(7) Tujuan ideal

(8) Hasil-2 jangka
Panjang (1) Akhir 1970an-80an
(2) Universitas
(3) Lembaga donor, Universitas

(4) Pengetahuan masyarakat setempat

(5) Metode

(6) Elicitif, penggalian

(7) Belajar melalui
orang luar
(8) Perencanaan,
proyek, publikasi (1) Akhir 1980an-90an
(2) Ornop/LSM
(3) Ornop/LSM,
organisasi lapang
pemerintah
(4) Kemampuan masyarakat setempat

(5) Perilaku

(6) Fasilitasi, partisipatif
(7) Pemberdayaan
masyarakat setempat
(8) Kelembagaan
& tindakan masy
lokal berkelanjutan
Prinsip-Prinsip Kesinambungan RRA dan PRA
Sifat Proses RRA PRA
(1) Cara melakukan

(2) Peran orang luar
(3) Informasi dimiliki,
dianalisis & digunakan (1) Penggalian-elicitif

(2) Penyelidik/peneliti
(3) Oleh orang luar (1) Saling berbagi-
pemberdayaan
(2) Fasilitator
(3) Oleh masyarakat setempat
Diolah dari Robert Chambers 1996: 30-33.



RRA-PRA & Pentahapan
 Pemanfaatan unsur-2 & prinsip-2 ber-kesinambungan dlm RRA & PRA harus mempertimbang-kan tahapan. Bila yg dilakukan adalah pemahaman & penyerapan aspirasi masy, dilanjutkan dg penyusunan perencanaan, kmd pelaksanaan & pengawasan pembangun-an (oleh & utk masyarakat) mk strategi & langkah-2 dlm RRA & PRA dpt dilaksanakan scr berkesinambungan.

Batas Pentahapan Langkah-2 Kabur, Tidak Jelas
 Namun demikian, batas-2 pentahapan yg dilaksanakan ke dalam langkah-2 seringkali kabur, tidak jelas.
 Prinsip-2 RRA dan PRA disajikan berikut ini.










III. 2. 1. Beberapa Prinsip dalam RRA dan PRA
(1) Pembalikan pemahaman: belajar dr masy desa, langsung, di pinggiran (pantai/pedalaman/pegunungan), mendapat penget fisik, teknis, & sosial secara lokal;
(2) Belajar scr cepat & progresif: melalui eksplorasi terencana, pemakaian metode yg fleksibel, improvisasi, pengulangan, cek silang, tdk mengikuti program cetak biru tapi menyesuaikan proses belajar/pemahaman;
(3) Menyeimbangkan bias, khususnya bagi pengembangan wisata pedesaan, rileks, tidak tergesa-2, mendengarkan - bukan menggurui, penggalian topik, tidak memaksakan, mencari masyarakat yg lebih miskin, memahami prioritas & pokok perhatian mereka;
(4) Mencari keanekaragaman: dg “maksimalisasi keanekaragaman & kekayaan informasi” & dg pengambilan sampel non-statistik melainkan deskriptif – shg hrs diperhatikan bhw penjelasan deskriptif memerlukan catatan-2 & mencermati kontradiksi, anomali (variasi dari apa yg normal) & perbedaan-2.


III. 2. 2. Prinsip-2 Tambahan dalam PRA
(1) Memfasilitasi penyelidikan, analisis, penyajian & pemahaman oleh masy sendiri, shg mrk dpt menyajikan, memiliki hasil & mempelajarinya: handling over the stick, memberikan wewenang kpd masy utk memahami, merencanakan & melakukan;
(2) Kesadaran & tanggungjawab diri yg kritis: fasilitator terus-menerus menguji tingkah-laku mrk & mencoba melakukannya secara lebih baik, tmsk menerima kesalahan utk melakukan yg lebih baik; menggunakan penilaian orang yg paling baik, yakni mrk yg dapat menerima tanggungjawab diri;
(3) Saling berbagi informasi & gagasan antar masy atau antar kelompok masy; antara masy dan fasilitator; antar fasilitator yg berbeda, yg saling berbagi wilayah/ bidang kegiatan, pelatihan & pengalaman antar organisasi atau kelompok yg berbeda.

IV. Strategi, Pendekatan & Metode
IV. 1. Strategi & Pendekatan
Strategi dlm proyek pembangunan dg RRA & PRA: perencanaan berorientasi “dari bawah ke atas” (bottom-up strategy), sesuai pendekatan “berbasis komunitas” (community based approach), yg menilai tinggi partisipasi masy dlm proses-2 perumusan masalah & penyusunan perencanaan, dg orang luar sbg fasilitator shg pandangan dr dlm masy sendiri (emic) mrpkn pendekatan utama.


IV. 2. Metode & Langkah-Langkah RRA & PRA
(1) Pengumpulan sumber sekunder: berkas, laporan, peta, foto, artikel, buku, catatan resmi;
(2) Wwncara informan kunci, utk mengetahui scr mendlm meng persoalan & masalah dlm masy;
(3) Wwncara semi-terstruktur, memperoleh checklist terbuka & unpredictable;
(4) Melakukan pertemuan & wwncara dg berbagai kelompok & jenis serta kepentingan;
(5) Menjadikan masy sbg pengamat: kaum wanita, kaum miskin, guru, sukarelawan, pelajar, petani, pedagang, tokoh masy, utk melakukan pengamatan, wwncara dg penduduk, menganalisis data & menyajikan hasilnya;
(6) Membuat model & peta scr partisipatif, bers masy, dg menggunakan tanah, lantai, kertas: peta sos-ek, kependudukan, kesehatan, SDA, peta pertanian, peta wisata, desa tematik, dsb;
(7) Transect walks: berjalan-2 bers informan scr sistematis melwti suatu area, mengamati, menanyakan, mendengarkan, mendiskusikan, mengidentifikasi zona yg berbeda, teknologi/kerajinan lokal, mengenalkan teknologi; menemukan masalah, peluang & pemecahan; membuat peta sumberdaya & penemuan-2;
(8) Lintasan waktu: kronologi kejadian, daftar kejadian utama yg diingat;



(9) Analisis kecenderungan: pertimbangan masy pada wkt lalu ttg bagaimana hal-2 yg dekat dg mereka berubah, sejarah ekologis, relokasi, pola & perubahan kegiatan kerja; perubahan kebiasaan, perubahan & kecenderungan penduduk, migrasi, penggunaan BBM, pendidikan, kesehatan, praktik kredit, sebab-2 perubahan & kecenderungan;
(10) Ethnobiographies: sejarah lokal ttg kegiatan penting spt prbhn peruntukan lahan, menjalankan pekerjaan sbg pedagang, petani, buruh, pembuat kerajinan;
(11) Membuat diagram musiman: musim utama, musim wisata, peak season, musim panen, musim sepi;
(12) Analisis matapencaharian: stabilitas, krisis & penanggulangannya, pendapatan, pengeluaran, kredit & hutang, kegiatan ganda, dll;
(13) Membuat diagram scr partisipatif: metode utk identifikasi individu, kelompok & lembaga penting dlm & bagi komunitas, serta hubungan mereka;

(14) Tingkat kesejahteraan: identifikasi kelompok rumahtangga menurut kesejahteraan & kesehatan, tmsk yg paling miskin & paling buruk;
(15) Analisis perbedaan: melalui gender, kelompok sosial, kesejahteraan, kemiskinan, pekerjaan, usia; identifikasi perbedaan antar kelompok, masalah & pilihan mereka: perbandingan kontras antar keluarga, suatu keluarga ttg keluarga lain, & sebaliknya;
(16) Estimasi & kuantifikasi, bisa pakai ukuran lokal;
(17) Penyelidikan kunci: dg pertanyaan langsung ke masalah kunci, misalnya “Apa yg anda lakukan ketika tidak berdagang?” “Bagaimana cara Anda menawarkan dagangan Anda?” “Bagaimana kalau lokasi berdagang dipindah?” dsb.;
(18) Menyusun cerita, studi kasus dan profil;
(19) Menyusun tim: gabungan antara orang luar (peneliti, konsultan, pemberdaya, pendamping, dsb.) dan masy atau stakeholder;


(20) Analisis & penyajian: peta, model, diagram, penemuan yg disajikan oleh warga atau warga bersama orang luar, yg diuji, dikoreksi & didiskusikan;
(21) Perencanaan partisipatif, pembuatan anggaran & pemantauan: warga menyiapkan renc (jika mungkin smp pd anggaran, jadual & pemantauan perkembangannya);
(22) Kuesioner sederhana pd akhir proses, dirancang utk pengisian tabel utk laporan atau yg akan dibutuhkan kemudian;
(23) Laporan tertulis oleh fasilitator dan/atau bersama warga, segera setelah kegiatan RRA dan/atau PRA.
(diolah dari Chambers, 1996: 36-39)***













Daftar Pustaka

Chambers, Robert. 1996. PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius & Oxfam.
________. 1983/1987. Pembangunan Desa: Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES.
Driyamedia untuk Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. Bandung: Studio Driya Media.
Kistanto, Nurdien H. 1997a. “Menuju Paradigma Penelitian Sosial yang Partisipatif.” PRISMA No. 1, Januari, hal. 84-87.
________. 1997b. “Dari ‘Memahami’ ke ‘Memberdayakan.’” Suara Merdeka, Senin, 10 Maret/VII.
LPPSP. 2000. Proyek Pembentukan dan Pemantapan Kelompok PSBK (Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Komunitas), Laporan PRA. Semarang: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP).
Mubyarto, Loekman Soetrisno, Michael Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: CV Rajawali.
Poerbo, Hasan, Fred Carden, William Found and Louise Grenier. Eds. 1995. Working with People. Indonesian Experiences with Community-Based Development. Toronto: Faculty of Environmental Studies, York University; Bandung: Centre for Environmental Studies, Institute Technology of Bandung.
Sanoff, Henry. 2000. Community Participation Methods in Design and Planning. New York: John Wiley & Sons.
Sarman, Mukhtar. 1997. “Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Pelajaran dari Program IDT.” PRISMA No. 1, hal. 33-42.
Schubeler, Peter. 1996. Participation and Partnership in Urban Infrastructure Management. Washington, DC: Urban Management Programme, The World Bank.
Yeung, Y. M. and T. G. McGee. Eds. 1986. Community Participation in Delivering Urban Services in Asia. Ottawa, Canada: International Development Research Centre.


Semarang, Selasa, 6 Mei 2003
Nurdien H. Kistanto